Aku Menemukan secarik Lusuh Tissue
Disana ada beberapa bait kata
Yang diukir dengan tinta merah dan senyum simpul yang absurd
yang membawa imajiku kembali ke masa silam
pada sebuah beranda Mall kala senja melamur
dan disana, aku duduk
memungut kenangan, mungkin juga kutukan
sebuah takdir yang telah digariskan jauh hari yang lalu
"Happy b;day bang :)
sehat selalu
sukses selalu
thx kadony :D
se minta maap :) :)
for something. I can't tell u now
swry se gk bs ngasih harapan apa2."
Dan kata yang dia bubuhkan sekaligus tanda perjalanan
kisahku sakarang. Perjalanan tanpa "harap" yang pasti. Namun aku berjalan saja, meskipun aku tersesat dalam belantara ketidaktahuan, ketidakpastian, tohh aku masih bisa mengada untuknya. Ketiadaan harapan itu mungkin bisa dikatakan tak menghentikan jejak dan rinduku yang aku ukir sendiri. Harapan tak menjadi matahariku, harapan hanyalah sebuah kata yang terlalu subjektif kita bubuhi sebagai sesuatu yang objektif. Orang yang hidup dalam 'harapan' tak akan menikmati hidup yang pasti. baginya, hidup adalah masa depan, dan masa depan selalu menjadi mimpi yang mengawan- awan.
aku mungkin tak hidup berdampingan dengan harapan, tapi ada kenangan
yang juga setia setiap saat membelaiku, menghiburku dan menjadi penyemangatku melangkah di atas bumi yang kering ini. seperti secarik lusuh Tissue itu, aku masih hidup meskipun tak ada kepastian yang kan ku renggut.
Kamu tahu kenapa masalah muncul? karena harapan tak sesuai dengan kenyataan. disana kan kita temui rerimbunan persoalan. mengepungmu hingga kau terhimpit dan terpenjara. cukuplah kamu berusaha saja dan sesekali mengirim sekuntum do'a pada Dia yang Pemilik segala Kasih, bukan karena kamu ingin 'berharap', tapi untuk usaha dan do'amu sendiri. aku tahu, ada berbagai keganjilan dalam laku manusia - manusia, itu wajar, kita ini bukan manusia, tapi manusia yang sedang mencari kemanusiaanya. Kebingungan dalam pencarian tentu saja mesti dibarengi dengan pertanyaan - pertanyaan, dengan keraguan - keraguan. Hingga pada suatu saat, kita bisa menarik benang merah, untuk selaksa kebenaran. Begitupun kebenaran tentang "Cinta" yang telah diBingkai dalam wajah ketidakpastian.
Ahh.. Pagi. Kamu begitu jumawa menemaniku mengukir sketsa tentang Masa lalu.
Jangan Pergi, jangan beranjak. Duduk saja disini, aku tuangkan Teh hangat untuk kita berdua. Bedua saja. Itulah 'mungkin' hidup yang aku maksud. Menghargai lakon hidup yang menjuntai tak tentu.
Untuk Perempuan itu ; dan Masih Perempuan itu yang aku sematkan huruf konsonan J di awalnya
^^
No Response to "Essay Tanpa Judul"
Posting Komentar