Saat seseorang membunuh, akan lahir
kebencian. (hingga) Membiarkan mereka membunuh diri mereka sendiri.Sampai
Idealisme itu terputus.Itulah tujuan Pedangku.
(Rurouni
Kenshin)
Beberapa waktu
yang lampau, seorang sahabat menganjurkan menonton beberapa film.Salah satunya
adalah Rurouni kenshin, seorang samurai yang mencecap hidup pada revolusi
jepang (restorasi Meiji) kala itu.Dia adalah salah satu dari Hitokiri atau
pembunuh berdarah dingin.Disanalah dia memanggul tugas sebagai seorang Battoshai sang pembantai. Dan kita tahu, tugassangat identik dengan tanggung
jawab yang luhur dan pada zaman perang menjadi satu-satunya harapan,
mengorbankan puluhan nyawa, untuk hidup yang lebih baik. Itulah mungkin yang
diyakininya ; membantai manusia – manusia hingga ditemui cita – cita jalan
kedamaian. Semacam pesan ‘rahasia’ yang tak lazim bagi seorang Samurai.Karena
kita tahu, keberadaan mereka adalah untuk membunuh dengan sebilah katana* ditangannya.
Perang berakhir
; Era baru dimulai. Segalanya seperti angin kering yang meninggalkan
gersang.Samurai berhenti, tak punya tujuan.Dan Kenshin pun menikmati identitas
barunya sebagai seorang pengelana.Mengembara kesana kemari dengan katana terbaliknya. Dia berjanji tak
akan lagi membunuh. Dia menjadi legenda, tokoh yang menyisakan cerita
tersendiri.Benarkah demikian? Bukankah perang hanya akan menyisakan lega yang
terbalut perih? Senyum yang mengembang adalah symbol untuk menutupi wajah
manusia yang penuh lamur darah.Wajah yang mengguratkan ‘betapa barbarnya’
kita.Bukan ‘legenda’ ataupun ‘pahlawan’.
Perang (dalam
konteks jepang) juga telah memberangus eksistensi sebagian samurai yang masih
hidup kala itu.Mereka kehilangan tujuan hidup (membunuh) yang sekaligus menjadi
pekerjaan.Apalagi setelah pelarangan membawa pedang kemana – mana.Dan pada
akhirnya, demi bertahan hidup, merekapun menjilat kesana kemari pada segelintir
orang – orang kaya, saling menebas dan menumpahkan darah.Mereka menjadi
pembunuh bayaran.Kepentingan kuasa mesti selaras dengan identitas mereka.Dan
pada akhirnya, pembunuhan tak bisa dihindarkan.
Samurai
sebenarnya adalah istilah untuk perwira militer kelas elit sebelum zaman
industrialisasi di Jepang. Kata "samurai"
berasal dari kata kerja "samorau"
asal bahasa Jepang kuno, yang berubah
menjadi "saburau" yang
berarti "melayani", Dan
akhirnya menjadi "samurai"
yang bekerja sebagai pelayan bagi sang majikan. Istilah yang lebih tepat adalah
bushi (harafiah: "orang bersenjata") yang digunakan semasa zaman Edo.
Bagaimanapun, istilah samurai digunakan untuk prajurit elit dari kalangan
bangsawan, dan bukan untuk ashigaru (tentara berjalan kaki), misalnya. Bagi
mereka, Samurai tanpa katana tak memiliki arti sama sekali. Katana hanyalah
alat untuk membunuh.Inilah yang menjadi satu-satunya tanda keberadaan mereka.
Tapi dilain
pihak, juga ada beberapa yang keluar dari batasan itu. Samurai yang tidak
terikat dengan klan atau bekerja untuk majikan (daimyo) disebut ronin
(harafiah: "orang ombak"). Ronin ; jalan inilah yang dipilih oleh
Kenshin. Jalan yang sedikit mustahil. Berharap akan kedamaian dengan
membenamkan diri pada laut, dan laut tak selamanya ramah. Akan selalu ada badai
yang mengempas dan menerjang.Pada saat itu, kita tak bisa menghindar, kecuali
menjadi karang.Tapi, Kenshin beruntung, dia bertemu dengan Kaoru, seorang gadis
cantik, pemilik perguruan Dojo warisan ayahnya.“Jangan pernah mencari
keuntungan dari sebilah pedang”, katanya. Dan kenshin menjadi sadar, dia akan
menjadi karang, melindungi siapapun yang ada disekitarnya. Tak peduli sebesar
apapun badai itu.Tapi sampai kapan?
“Saat seseorang membunuh, akan lahir
kebencian. (hingga) Membiarkan mereka membunuh diri mereka sendiri.Sampai
Idealisme itu terputus.Itulah tujuan Pedangku”, katanya.
Itulah mungkin
yang berusaha dilakukan Kenshin. Meninggalkan pekerjaanya sebagai seorang
Batthosai sang pembantai. Dan berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik, yang
secara aktif dan kreatif, keluar dari dirinya, dan menjadi manusia baru untuk
dirinya dan orang – orang disekitarnya (yang dia cintai).Berusaha untuk selalu
melampaui kedirian sebagai manusia. Itu mungkin yang penting.
Untuk J, hanya ini kata yang dapat aku rangkai pada pembaringan titik nadir 'kita', mungkin ini jugalah sketsa yang lebih maknawi, seutas makna yang lahir dari rahim ketakberhinggaan sejarah. aku, kamu, melebur menjadi 'kita', suatu saat nanti.
(Mangasa, 27
April 2013)
*Katana adalah pedang panjang (daito), walaupun di Jepang sendiri merujuk pada semua jenis pedang. Katana adalah kunyomi (sebutan Jepang) dari bentuk kanji 刀 ; sedangkan onyomi (sebutan untuk Hanzi) karakter kanji tersebut adalah to. Ia merujuk kepada pedang satu mata, melengkung yang khusus yang secara tradisi digunakan oleh samurai Jepang.
Kenshin menggunakan katana terbalik, dimana bagian yang tajam menjadi punggung pedang dan yang tumpul digunakan untuk menebas lawan-lawannya. dengan ini, lawannya tidak akan mati karenanya. Ini sebagai bukti kuat untuk mengekang keinginannya membunuh.
No Response to "Kenshin, Samurai, dan sedikit tentang Eksistensi"
Posting Komentar