Membaca itu seperti membuatmu hidup pada setiap detik lempeng waktu,
Tak peduli pada lelah, demikian juga jengah
selalu ada alasan yang membuat kita untuk bertahan hidup
pada pengetahuan yang melingkup seluruh semesta
disana menunggu tabir yang mesti disingkap
diam saja akan membuatmu seperti batu2, rumput, dan air hujan.
Ohh...semestaku, dimanakah kau akan bawa pikiran ini mengembara?
duduk disini sendirian seperti tenggelam dalam sunyi yang berkeabadian
tidakkah kau tahu, aku adalah lentera yang merindu cahaya yang
menyembul tak berkesudahan? Menadah berkas - berkas mentari yang
mengintip pada sela - sela
hitam awan, aku kini rindu sejadi - jadinya.
Ohh..cahayaku, jangan kau malu bertemu rupa padaku. Dalam rupa yang tak
kau ketahui hatinya, ada jiwa yang penuh dengan cinta. Penuh dengan
bunga - bunga dan lembaran cerita yang berjejeran penuh suka. Mari,
sambut aku dengan tangan dan hati tuhan yang penuh dengan cahaya.
Hujan hampir habis, buku - buku tak lagi dibakar. Mari duduk bersamaku,
membaca dan melewati semesta dengan cangkir - cangkir kopi yang kita
seduh di atas api yang meliuk. asapnya yang mengepul akan naik kelangit
mewartakan segenap kasih yang tiada berhingga, mewartakan hidup yang
tiada yang berbatas. Hidup denganmu adalah 'jalan cahaya' yang tak
berpenghujung. Jalan yang tlah dinubuatkan dalam kitab dan buku - buku.
Sore ini, biarlah lepas. Biarkan dia terbang pada tiap - tiap rumah,
pada tiap - tiap jiwa. Kita takkan hidup sendirian. Bukankah
'individualistik' demikian sangat kamu benci? Dan berkhidmat untuk orang
banyak adalah mimpi dan harapanmu? genggam tanganku, akan kubawa kau
berlari menggapainya. Meskipun memar tapak kakiku, meskipun lemah syaraf
- syaraf tanganku. takkan aku hirau demi cahaya semesta yang kau
janjikan.'
( Rumah Kesepian, 02 Jan 2014 )
Kamis, 02 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Membaca Semesta"
Posting Komentar