Jumat, 16 November 2012

Filsafat dan 7 Siswa SMA

oleh Syahrul Al Farabi
 
Bagi kebanyakan masyarakat di indonesia, filsafat menjadi kata yang mesti dihindari atau dijauhi. Pasalnya, filsafat bagi mereka akan mengantar pada pengrusakan pada akidah yang menjadi landasan utama keberagaman seseorang, khususnya agama islam. Sejak Al Ghazali mengkritik dan memusuhi para filosof pada abad ke 12 M, wacana pemikiran di kalangan umat islam mengalami kemunduran. Baru setelah Ibn Rusyd atau Averroes muncul disertai kritiknya terhadap Al Ghazali, ilmu pengetahuan mulai hidup kembali bahkan sampai merambah sampai ke dunia barat.

di Indonesia, khususnya di Sulawesi selatan, orang islam yang tertarik dengan wacana filsafat, khususnya filsafat islam masih sangat sedikit. Apalagi ketika anda melihat kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan dari SD sampai SMA, tidak ada yang secara spesifik mengajarkan filsafat. Image bahwa filsafat akan merusak pikiran kalangan muda yang juga merupakan disiplin ilmu atau produk dari barat yang sengaja disuguhkan bagi masyarakat islam di Indonesia membuat ilmu ini semakin dihindari dan dimusuhi. Dari metode pengajaranpun terkadang juga mengalami kesusahan dan cenderung statis, membuat filsafat menjadi wacana gerakan intelektual yang kering.
Tapi saya terkejut ketika dipanggil oleh salah satu teman untuk membawakan materi pengantar filsafat islam pada sebuah komunitas kecil. Dan saya lebih terkejut lagi, ketika para partisipan dari sekolah filsafat itu adalah anak-anak belia yang masih duduk dikelas 2 SMA sebuah sekolah negeri di Takalar, Sulawesi Selatan. Meskipun hanya berjumlah 7 orang, tetapi mereka sangat antusias dan bersemangat sekali untuk belajar filsafat yang bagi banyak orang islam justru mesti dihindari. Mereka anak-anak ini setiap dua kali dalam seminggu berkumpul di sebuah taman kecil setelah jam sekolah usai.
Kehadiran komunitas atau sekolah filsafat ini oleh tujuh orang siswa SMA sempat memunculkan ketidaksenangan terhadap beberapa komunitas kajian keislaman atau ‘Liqo’ salah satu partai politik yang sudah lama menjadi trend budaya di sekolah tersebut. Siswa-siswa yang disuguhi ideology politik dengan dibungkus paham keagamaan yang konservatif itu merasa terancam eksistensinya dengan kehadiran sekolah filsafat ini. Pasalnya, beberapa kader dari forum kajian tersebut yang kebetulan juga menjadi partisipan komunitas filsafat tersebut menjadi siswa yang kritis dan selalu mengumandangkan tanya terhadap ajaran agama yang doktrinal dan sangat kaku dalam menyikapi realitas sosial di sekelilingnya. Bagi mereka, kebebasan berpikir dan berpendapat menjadi hal mutlak yang dimiliki setiap orang. Dan pada akhirnya, mereka kemudian dianggap menyimpan dari aqidah islam.
Sebenarnya, filsafat sebagai sebuah disiplin pengetahuan sebenarnya sangat penting diperkenalkan sejak dini. Kebebasan berpikir dan sikap rasionalitas akan mengantar seseorang menjadi pribadi yang kritis dan mencintai ilmu pengetahuan. Filsafat juga akan membantu seseorang untuk menganalisis dan mendeteksi berbagai paham ideology, khususnya yang mengatasnamakan diri sebagai ideology islam, yang justru akhir-akhir ini sering melakukan ketidakadilan sosial dan melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Pengkafiran dan sikap anarkis terhadap aliran atau agama lain adalah contoh ideology yang mesti dibongkar dan dianalisis ulang oleh filsafat.
Filsafat juga menjadi sarana atau media yang penting bagi agama-agama yang ada di Indonesia. Filsafat mesti menjadi jembatan dialog yang sehat dan rasional, serta mengutamakan kerjasama antar umat beragama untuk menciptakan sebuah tatanan masyarakat adil dan makmur serta damai dan sejahtera. Untuk itulah wacana filsafat mesti sudah diajarkan sejak dini di sekolah-sekolah formal maupun nonformal. Ini sekaligus akan menjadi modal awal ketika seorang telah masuk ke sebuah perguruan tinggi atau universitas yang plural akan keragaman realitas pemikiran.
Kabar terakhir yang saya dapatkan dari teman saya, bahwa anak-anak SMA yang sudah dua bulan mengikuti sekolah filsafat tersebut akan mengadakan pertemuan dan diskusi antar berbagai macam aliran pemikiran awal dalam islam. Mereka akan mengundang orang-orang yang punya kecenderungan aliran pemikiran seperti Khawarij, Murji’ah, Qadariah, Jabariah, Mu’tazilah maupun Asy’ariah. Dan selain itu, mereka juga berencana akan melakukan diskusi lintas iman atau agama. Berharap dari kegiatan ini akan lebih menumbuhkan sikap saling memahami dan menghargai antar pemeluk agama lain.
Usaha dari anak-anak SMA ini untuk belajar filsafat dan mengetahui lebih dalam lagi tentang khasanah pemikiran agama mereka (islam) patut kita apresiasi. Pendampingan dan support mesti selalu kita berikan. Dan semoga saja komunitas-komunitas keilmuan seperti itu akan tumbuh dan berkembang diberbagai daerah di Indonesia. Amin.

Nuun.

No Response to " "

Posting Komentar